Untukmu Kupersembahkan Nilaiku
Sihabudin Ahamdaiky
“H”ari ini kulihat deretan angka-angka tertawa
“A”ngka yang mampu merubah nasibku
“S”eperti kata yang mampu mengubah doaku
“I”nilah hasil perjuanganku
“L”ewati satu semester yang menggebu-gebu
“P”utik yang selalu bernyanyi tiap pagi
“E”nggan berdendang kali ini
“R”oda yang berputar setiap kali
“J”atuh berhenti tak terlihat lagi
“U”ntuk pagi ini kegalauan datang menyapa
“A”lam yang biasanya bergemuruh kini diam seribu bahasa
“N”amaku yang ada di sampul itu
“G”ejolak angka-angka yang di dalam rapor itu
“A”kankah mampu membangkitkan semangatku
“N”an kini meredup karena kegalauanku
“K”epada kedua orangtua yang menyayangiku
“U”ntukmu kupersembahkan nilaiku
“A”ngka yang mampu merubah nasibku
“S”eperti kata yang mampu mengubah doaku
“I”nilah hasil perjuanganku
“L”ewati satu semester yang menggebu-gebu
“P”utik yang selalu bernyanyi tiap pagi
“E”nggan berdendang kali ini
“R”oda yang berputar setiap kali
“J”atuh berhenti tak terlihat lagi
“U”ntuk pagi ini kegalauan datang menyapa
“A”lam yang biasanya bergemuruh kini diam seribu bahasa
“N”amaku yang ada di sampul itu
“G”ejolak angka-angka yang di dalam rapor itu
“A”kankah mampu membangkitkan semangatku
“N”an kini meredup karena kegalauanku
“K”epada kedua orangtua yang menyayangiku
“U”ntukmu kupersembahkan nilaiku
Ia telah berusaha sebaik yang ia
bisa. Ia telah berusaha sekeras yang ia mampu. Ia telah mengepakkan sayapnya
sebisanya. Kini, ia menanti hasil usahanya, duduk, menunggu, dan menunggu dalam
perasaan tegang dan tak karuan. Hanya doa yang ia bisa, hanya menyerahkan
semuanya pada Yang Maha Esa.
Ia kini tertunduk, menanti beberapa
kertas lembaran berisi angka dan kata. Berisi prestasi, berisi hasil keringat
mayanya layaknya seorang pekerja. Ia terima selembaran kertas itu, tak mampu ia
buka, tak mampu ia intip. Ia takut jika hatinya kecewa.
Ia pulang dengan kertas yang sama
sekali belum ia buka, Dengan langkah gundah dan tidak percaya diri, ia
melanjutkan perjalanan dengan bekal tekad. Ia ingin menunjukkan pada malaikat
di rumah bahwa apa pun hasilnya, ia telah 100% berusaha.
Malaikatnya membuka lembaran kertas
itu, hanya beberapa detik lalu dipeluknya seseorang yang gemetaran di depannya.
Ia menangis dalam keberhasilan, ia lulus dalam persekolahan.
Sihabudin Ahmadaiky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar