Antara Dewasa dengan Remaja
Sihabudin Ahmadaiky
“S”epi yang kini
kualami
“T”inggalkan
bayang-bayang imajinasi
“A”kibat rasa
yang tak seharusnya ada
“B”erat, sesat,
jiwaku kini tertambat
“I”barat syair
syair sebuah puisi
“L”irik yang
mati sulit dimunculkan lagi
“D”erita yang
telah lama kujalani
“E”pisode hidup
yang ingin cepat kusudahi
“N”adi yang
semakin berdenyut kencang
“G”alau yang
perlahan mulai hilang
“A”ku yang
terpaku diam tak menentu
“N”an tersenyum
simpul karena ulahmu
“L”angit yang
semula padam
“A”wan yang semula
menggumpal
“B”intang senja
kini bermunculan
“I”ndah
menyinari setiap hati
“L”irik yang
semula mati kini hidup kembali
Engkau bukan lagi seorang remaja,
engkau orang yang pertama kali kukagumi. Engkau dengan semua bakat-bakatmu
kadang membuatku rendah dengan seluruh kemampuanku. Engkau kini telah jauh di
atas bumi, engkau telah berkali-kali terbang ke angkasa dan aku hanya mampu
memandangmu dalam keinginanku melakukan itu.
Bagaimana caranya? Aku juga ingin
terbang, melayang-layang bagai bumi tanpa gravitasi, aku ingin terbang dengan
dua tangan ini, namaku, namamu mungkinkah nanti akan bersatu dalam planet ini?
Engkau sudah mengudara, engkau sudah
memiliki sayap yang kuat, sedang aku di sini, baru lahir dari sebuah telur yang
diduduki ibunya berminggu-minggu.
Pelan namun pasti, aku menyakini
bahwa aku bisa bersamamu, bisa sepertimu dengan jarak waktu yang sangat terlalu
jauh. Engkau terbang, aku berjalan. Engkau mengudara, aku berlari. Engkau
menerkam, aku teriak. Aku hanya mampu itu, belum sepertimu.
Aku menyadari bahwa sayap, mata,
tangan, kaki, dan tulang belulang ini pada dasarnya adalah sama, semua hanya
masalah waktu.
Sihabudin Ahmadaiky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar